Silat Tradisional Pelintau Aceh Tamiang

Kesenian Tradisional Bela Diri Asli Suku Tamiang Aceh

Brajanews.com Silat pelintau adalah salah satu Silat seni tradisional asli dari suku Aceh Tamiang ,Silat Pelintau tercipta pada tahun 1953 oleh Maha Guru OK Said bin Unus yang merupakan putra asli Tamiang. Ia sempat berkelana untuk mencari ilmu silat selama 15 tahun mulai dari Samosir hingga ke Siak.

Setelah kembali ke tanah kelahirannya, ia kemudian belajar kepada Tengku Lokan dan mulai menyebarkan ajaran ilmu silat.

Mengutip situs resmi Kemendikbud, nama Silat Pelintau diadaptasi dari Bahasa Tamiang yaitu “Pelin” dan “Tau”. Arti “Pelin” adalah semua, sedangkan “Tau” berarti tahu. Apabila digabung, Pelintau artinya semua tahu.

Pada zaman kolonial Belanda, seni bela diri belum begitu populer. Bahkan, untuk menyebarkan ilmunya saja harus secara sembunyi-sembunyi yang diajarkan kepada pemuda-pemuda Suku Tamiang.

Tujuan diajarkannya ilmu bela diri ini kepada pemuda Suku Tamiang untuk melindungi diri dan tujuan utamanya untuk mengusir kolonial Belanda dari tanah Tamiang.

Pada penampilan Silat Pelintau, para penampil bisa menyajikan Tari Piring sebagai selingan. Biasanya, dalam penampilan ini diperankan oleh perempuan berjumlah 4 orang.

Dalam penampilannya, ada 4 pola gerakan yang disajikan.

Pertama, gerak salam sembah, gerakan ini untuk menghormati para guru dan para penonton.

Kedua, gerak titi batang, yaitu gerak pembuka untuk mendapatkan keseimbangan tubuh sebelum memantapkan langkah selanjutnya.

Ketiga, gerak langkah tiga atau langkah empat, di pola gerakan ini adalah langkah dasar untuk memecah gerak-gerak langkah selanjutnya.

Keempat, gerak salam terakhir, simbol permohonan maaf kepada guru dan penonton.

Bagi masyarakat Suku Tamiang Silat Pelintau adalah silat seni. Ada dua jenis tarian yang cukup populer di Tamiang, yaitu Silat Rebas Tebang dan Silat Songsong. Kedua jenis ini yang membedakan dengan Silat Tamiang dengan silat lainnya.

Silat Songsong biasa digunakan untuk menyambut tamu kehormatan dan ditampilkan ketika kenduri pernikahan di halaman rumah untuk menyambut keluarga besan.

Sedangkan Silat Rebas Tebang khusus digunakan untuk menyongsong mempelai pria saat acara pernikahan. Kemudian, silat ini juga ditampilkan ketika ada anak yang telah disunat dan acara turun tanah.

Ada beberapa makna mendalam dalam Silat Pelintau. Pada upacara pernikahan untuk menanamkan nilai suami sebagai pelindung rumah tangga.

Pada upacara sunatan, sebagai simbol bahwa anak laki-laki yang telah akhil baligh nantinya akan menjadi pelindung bagi keluarganya.

Pada upacara turun tanah, Silat Pelintau sebagai simbol untuk mengarahkan keluarga yakni orang tua bahwa telah lahir calon pemimpin dalam keluarga. 

Tinggalkan Balasan